Keindahan alam selalu saja berhasil mencuri hati para
pecinta kehidupan. Sebuah kehidupan yang berimbang. Dimana keberadaan alam ini
sesungguhnya memiliki karakteristik dan manfaat yang luar biasa bagi siklus
kehidupan. Tidak salah jika Kyai Thoharun Al-Asyadz kemudian memilih Wonosobo untuk
membangun sekolah berbasis pondok pesantren. Sebuah kota yang masyur oleh
keindahan alam dan khas hawa dinginya itu tentulah cocok untuk menempa jiwa dan
raga yang haus akan keilmuan dan pengabdian pada kehidupan. Karena ilmu saja
tanpa pengamalan adalah sebuah omong kosong besar. Dimana keseimbangan siklus
kehidupan tidak akan pernah tercapai. Yang ada adalah manusia memakan manusia. Homo
homoni lupus. Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Tentu saja tidak ada satupun yang menginginkan ini terjadi bukan?
Belajar rebana di bilik bambu. [dok Benzo] |
SMP Takhassus Al Qur’an Filial Pagedangan ia dirikan di Pagedangan
desa Tumenggungan Selomerto Wonosobo. Lebih tepatnya di tengah hutan, kurang
lebih setengah jam dari pemukiman warga. Anda harus menaklukkan Jalanan curam
yang belum di-aspal untuk sampai di komplek SMP tersebut. Sesampainya di
komplek SMP, segera Anda akan disambut suara cicit burung, derit pepohonan
tertiup angin serta gemericik aliran sungai Gede yang mengalir mengitari
komplek. Luar biasa. Sungguh jauh berbeda dengan suasana kota yang dipenuhi
bising mesin mesin motor, hiruk pikuk manusia yang sibuk memenuhi kepentingan
masing-masing.
Panitia lomba class meeting mengumumkan juara lomba. [dok: Benzo | ] |
Terdapat lima gedung dan satu bangunan gedung yang masih
dalam proses pembangunan di komplek tersebut. Di salah satu dinding gedung bercat
hijau berbaris huruf-huruf berwarna kuning emas berbunyi “SMP Takhassus Al Qur’an
Filial Pagedangan. Pon- Pes Putra/Putri Matholi’ul Alwar” itulah salah satu
penanda bahwa di komplek tersebut diadakan pendidikan formal. Gedung-gedung
yang lain sesungguhnya tidak begitu tampak sebagai bangunan sekolah pada umumnya.
Hanya ada dua bangunan baru yang dibangun serupa gedung
kelas. Selebihnya adalah bangunan pondok pesantren tempat tinggal para santri
yang kebanyakan juga merupakan murid SMP Takhasus Al Qur’an Filial Pagedangan
dan sebuah rumah serupa rumah panggung akan tetapi bermaterial tembok sebagai
tempat tinggal Pak Kyai dan keluarganya. Sebuah masjid kuno bercat hijau terlihat
paling mencolok diantara bangunan-bangunan yang berdiri.
Berpose bersama setelah lomba fashion show dari bahan alam. [dok: Benzo] |
Di jam jam tertentu aula masjid itupun sering kali digunakan
sebagai tempat berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Namun bisa dikatakan
mayoritas proses KBM diadakan di alam terbuka. Siswa siswi bergerombol
menggelar tikar untuk berdiskusi atau mempraktekkan pelajaran-pelajaran yang
disampaikan oleh para guru. Beberapa memilih bilik-bilik bambu yang sengaja
dibuat oleh para santri untuk bersantai. Proses KBM-pun terasa nikmat dan tidak
terikat ruang. Bisa jadi itulah salah satu kekuatan alam.
Berbicara mengenai keagungan alam semesta, mari sedikit
menengok kisah orang-orang terkenal di dunia. Mulai dari para pengembara benua,
Marcopolo, Columbus, hingga Vasco De Gama meyakini bahwa alam telah memberikan
motivasi serta arahan untuk melakukan penjelajahan dunia demi menemukan hal
baru. Para intelktual kaliber dunia seperti Aristoteles, Isac Newton, Plato
hingga Einstein bahkan mengatakan bahwa alam merupakan sumber ide ilmu
pengetahuan yang mereka miliki. Pepatah Minang mengatakan “Alam Takambang Jadi
guru”
Papan nama sekolah kami. [dok: Benzo] |
Di tengah hutan yang rindang, dikitari aliran sungai Gede yang mendayu, binar semangat para siswa siswi SMP Takhasus Al Qur’an Filial
Pagedangan tampaknya akan terus bercahaya terang. Seterang ilmu yang dibawa
para ilmuan dunia. Mengalahkan segala keterbatasan dan ketidakmampuan. Seperti matahari
yang mengalahkan kegelapan dengan lembut menyapa dingin dengan kehangatan.
Salam pendidikan. [E. Sumaryati]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar